The Origin of Easter

The origins of Easter date back to the early days of Christianity. The holiday is based on the belief that Jesus Christ, the Son of God, died on the cross to atone for the sins of humanity and was…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




13. Hasil

Ezra Galih Ananta

Dy

Njep tuh lagi naksir anak majalah ya?

Pesan yang masuk dari Ezra itu sukses menghentikan langkah Audrey di lobi gedung kantor mereka.

Audrey Indira Nareswari

tau dari mana?

Ezra Galih Ananta

keliatan kok, apalagi kalo lagi nongkrong bareng sama Joni

ngomonginnya cel-cel siapa gitu mulu

Audrey Indira Nareswari

Icel?

Ezra Galih Ananta

iya itu kayaknya

jangan bilang kamu udah tau

Audrey Indira Nareswari

hahaha

abis Sigra sama Aless, trus sekarang Jef sama Icel

aku harus pasang muka apa kalo ketemu mereka

Ezra Galih Ananta

anak buah kamu suruh pada minta berguru sama Abang Ezra aja

biar nggak ketahuan

Audrey Indira Nareswari

congkak ya

lagian kamu random amat ngapain pagi2 WA ngegosipin Jef

Ezra Galih Ananta

biar nggak spaneng dy

hari ini harusnya kan pengumuman hasil wawancara aku

Hari itu memang genap dua minggu setelah Ezra menjalani wawancara untuk posisi editor di media online yang ditawarkan kepadanya.

Artinya, dia akan mengetahui apakah dia akan melanjutkan kariernya di Jakarta Chronicles atau tidak.

Audrey Indira Nareswari

yaudah tenang aja kalo dipikirin nanti stres.

I got you, Ca

“Senyum-senyum aja liatin apa sih?” suara itu mengalihkan perhatian Audrey. “Eh, nggak, ini biasa grup WA gue ngirim meme-meme aneh,” Audrey refleks mengantongi ponselnya saat melihat Celine.

Celine tidak sendirian hari itu. Dia ditemani seorang perempuan muda yang Audrey tahu bernama Lalita, yang juga staf D’Bonair, serta Joni.

“Oalah, abis semringah banget. Baru mau gue tanya pacar lo siapa,” kata Celine sambil nyengir, sementara Joni spontan tertawa pelan. Audrey ikut tertawa. “Hahaha, pacar dari mana, Cel, bisa aja,” kilahnya.

Semoga saja Celine tidak tahu bahwa dirinya baru saja menjadi subjek pembicaraan (baca: gosip) antara Audrey dan Ezra.

“Hehehe nggak apa-apa dong, kan semua pengen liat pacarnya Audrey siapa. Eh tapi ini lo baru dateng, Dy?” tanya Celine.

“Iya, gantian si Jef yang rapat pagi,” entah mengapa Audrey merasa perlu menyebut Jefri di depan Celine. “Lo pada dari mana?”

“Dari Joko, ngomongin konsep pemotretan,” kata Celine, lalu melirik Lalita. “Lukas udah bales WA lo, Lit?”

“Udah nih, Kak, katanya bisa kok,” jawab Lalita sambil mereka semua masuk lift.

***

Audrey mendapati Ezra dan Jefri ada di kubikel masing-masing. Kalau sedang tidak ke lapangan, Ezra biasanya di kantor menggarap analisis dan feature sepak bola internasional.

“Hai, Ca,” sapa Audrey sambil lalu saat melewati kubikel Ezra. “Hmmm,” gumam Ezra tanpa menengok dari ketikannya. Sementara itu, Jefri…

“Tadi rapat pagi bahas apa lagi aja selain yang lo WA?” tanya Audrey. “Ya biasa, Mbak, soal framing jelang Pilpres,” kata Jefri sambil memperhatikan layar ponselnya, sementara Audrey beringsut menuju dispenser.

Iseng, Audrey melirik ke arah Jefri saat melewati kubikel asisten editornya itu, dan terpaksa menahan tawanya.

Audrey Indira Nareswari

Ca, kayaknya beneran suka deh si Jef

Lagi stalking IG-nya masa

Ezra Galih Ananta

Serius? hahahaha

bucin amat anak orang

Dy kamu ngapain kek gitu kagetin si njep

biar kepencet like hahahahahahahaha

Audrey Indira Nareswari

Jahat kamu.

***

Audrey dan Ezra tidak sempat melanjutkan obrolan mereka soal Jefri dan Celine, karena masing-masing masih dikejar deadline.

Di saat Audrey tengah menelepon Prana dan menanyakan kelengkapan data artikelnya, dia melihat Rekti memanggil Ezra ke mejanya dan membahas sebuah artikel yang terpampang di layar komputer Rekti.

“Mbak, ini artikel Fikri mau lo yang jait apa gue?” tanya Jefri. “Lo lagi hectic nggak? Kalo nggak, boleh lo handle dulu? Gue lagi nungguin si Prana ngelengkapin tulisannya dulu nih,” jawab Audrey.

“Ayo, ayo dipercepat, dipercepat, deadline-nya hari ini dimajukan!” Audrey nyaris menumpahkan air minumnya mendengar teriakan Mas Sakti dari tengah ruangan.

“Hah, nggak bisa gitu dong, Mas, kok dadakan amat!” terdengar protes Aka dari kubikelnya.

Alih-alih menjawab, Mas Sakti tertawa. “Bercanda doang yaelah, abis pada tegang banget kayak mau ujian,” ujarnya disambut koor “huuuu!” dan “yeeee!” dari para awak Jakarta Chronicles.

“Mas Sakti kesambet apaan sih…” gumam Audrey sambil geleng-geleng kepala. Dari sudut matanya, dia melihat Ezra — yang sudah kembali ke kubikelnya, tengah menjawab telepon seseorang lalu terburu-buru meninggalkan ruangan.

Mengabaikan perutnya yang mendadak melilit, Audrey kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia baru saja membalas pesan Prana saat pesan lain masuk.

Ezra Galih Ananta

Dy, kalo udah kelar deadline, ketemu di rooftop bentar bisa?

Ada yg mau aku omongin

***

Butuh waktu untuk Audrey memastikan kondisi ruang redaksi Jakarta Chronicles memungkinkan untuknya menyusup menuju atap gedung kantor tanpa ketahuan.

Barulah saat Jefri pergi ke toilet, dia bergegas menyusul Ezra yang sudah ada di sana lebih dulu segera setelah deadline selesai.

Ezra sedang bersandar di balkon menghadap pemandangan berupa pemukiman warga di hadapannya. “Eca,” panggil Audrey.

“Hai. Tadi nggak ada yang nanyain kan kamu ke mana?” Ezra menengok.

“Nggak kok,” sejenak mereka berdua terdiam. “So, ada apa?” tanya Audrey, meski dia sudah bisa memperkirakan topik obrolan yang membuat Ezra nekat mengajaknya bertemu di lingkungan kantor di jam-jam ramai begini.

“Kantornya Bang Edo nelpon, ngabarin hasil wawancaranya,” Audrey bisa melihat Ezra sudah tidak sanggup menahan informasi itu lebih lama. “Mereka minta aku masuk dua bulan lagi,” lanjutnya, tersenyum canggung.

Audrey terdiam selama beberapa saat. “Dua bulan lagi?” dia mengulang.

“Pas tanggal 1-nya, lebih tepatnya. Ya sebulan lebih dikit lah,” jawab Ezra. “Katanya, kalo semua oke dan aku dikasih izin dari Chronicles, mereka akan panggil aku untuk tanda tangan kontrak, ngomongin gaji, dan lain-lain,”

“Trus kamu bilang apa?”

Ezra kembali tersenyum. “Aku bilang iya. I’m taking this job, Dy,” ujarnya.

Of course you are, batin Audrey.

“Trus kamu udah mikirin mau ngomong ke Rekti, trus bilang ke Mas Sakti sama HRD gimana? Kamu nggak ada dinas kan dalam waktu dekat?”

“Nggak sih. Makanya mungkin besok aku mau ngomong ke Mas Rekti dulu, abis itu baru ke Mas Sakti sama ngajuin resmi ke HRD,”

“Ca, tapi kamu tau kan mereka nggak bakal ngelepas kamu gitu aja?” biar bagaimanapun, Rekti sangat mengandalkan Ezra, baik di lapangan maupun untuk tulisan analisis dan in-depth feature.

Ezra mengangguk. “Iya, tapi mereka juga nggak bisa menahan aku kan? Toh aku punya alasan untuk resign dan mestinya perginya bakal baik-baik sama kayak masuk dulu.”

Audrey tidak menjawab dan hanya menatap Ezra. “Dy, kamu nggak apa-apa kan? Audrey….” Ezra menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Audrey.

“Nggak kenapa-kenapa, Ca. Cuma lagi ngebayangin…”

“Ngebayangin apa?”

“Ngebayangin nanti ada yang gantiin duduk di kubikel kamu, trus kamu nggak lagi berisik gangguin Jefri sama Sigra, sama nggak ada yang geregetan kalo nonton bola pas malem Minggu,” Audrey tertawa.

“Selamat ya, Ca. I’m happy for you,” dia ingin sekali memeluk Ezra, tetapi untuk saat ini, yang bisa Audrey lakukan hanya menepuk pelan pundak kekasihnya itu.

“Kira-kira Rekti bakal ngomong apaan kalo kamu ngasih tau dia ya, Ca?”

“Hahaha, nggak tau. Semoga aja dia nggak ngamuk,” sahut Ezra. “Ke dalem yuk,” dia baru saja mengajak Audrey saat pintu akses menuju atap kantor terbuka.

Refleks, Ezra menjauh dari Audrey, semata agar mereka terlihat seperti rekan kerja yang sedang mengobrol biasa.

“Hai, Audrey,” pria berkemeja kotak-kotak muncul menyapa Audrey sambil melambai. “Eh, hai, Mas Bara,” Audrey balas menyapa. “Ngapain, Mas?”

“Biasalah, Drey, jadi budak tembakau dulu,” Mas Bara mengeluarkan sebungkus rokok dari saku kemejanya. “Kamu ngapain?”

“Cari angin. Tapi ini udah mau masuk,” jawab Audrey. Dia bisa melihat mata Mas Bara beralih ke Ezra, yang mengangguk sopan padanya.

“Oh, Mas Bara udah kenal Ezra belom sih? Dia anak Chronicles juga, bagian olahraga,” Audrey menunjuk Ezra. “Ca, ini Mas Bara, dari majalah D’Bonair,

“I see,” jawab Ezra, lalu mengulurkan tangan. “Ezra,”

“Bara.”

Kedua laki-laki itu bersalaman.

Add a comment

Related posts:

5 Marketing Strategies for Growing Your Business

Marketing is a critical component of any business, yet it is often one of the areas that get neglected or put on the back burner. If you’re looking to grow your business, though, you need to make…

Beauty Is

Sometimes I write to share my point of view. Others, I post to share lessons learned. Still, others are to explore a struggle. I’m not totally sure which reason fits this post, probably a bit of all…

Empathy of Love

You can never deny what is meant to be even though you look the other way, you can try to ignore it all you want but the reality is different. There are times where we just want to ignore what we are…